PERKEMBANGAN
SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
A.Perkembangan emosi AUD
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat
berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World
Book Dictionary (1994: 690) emosi didefinisikan sebagai "berbagai
perasaan yang kuat". Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan
kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman
(1995:411) menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran
khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan
untuk bertindak".
Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa "emosi
merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan
getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau
sesudah terjadinya suatu perilaku". Berdasarkan definisi di atas kita
dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa
perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul
menyertai terjadinya suatu perilaku.
Perkembangan
emosi anak behubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada tahap ini
emosi anak usia pra sekolah lebih rinci. Anak cenderung mengekspresikan emosi
dengan bebas dan terbuka.
Bayi setidaknya
memiliki tiga jenis tangisan:
1.
Tangisan dasar
Pola berirama yang biasanya terdiri dari satu
tangisan, diikuti diam sesaat,diteruskan dengan siulan kecil,pendek dengan nada
agak lebih tinggi di bandingkan dengan tangisan utama lalu di akhiri dengan
diam.
2.
Tangisan kemarahan
Variasi dari tangisan dasar dengan lebih banyak udara
dikeluarkan melalui tali suara.
3.
Tangisan kesakitan
Tangisan spontan yang panjang dan tiba-tiba, diikuti
menahan nafas cukup lama,tanpa rintihan atau erangan pendahuluan.
Bayi memiliki 2 jenis senyuman yaitu:
1. Senyuman refleksi
Senyuman yang bukan
merupakan respon terhadap stimuli eksternal dan muncul selama 1 bulan pertama
setelah kelahiran
2. Senyuman social
Suatu senyuman yang
terjadi sebagai respon terhadap stimulus eksternal, biasanya terhadap wajah
yang dilihat bayi,biasanya berlangsung di awal perkembangan.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang
berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga
berfungsi untuk mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan
kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek
tertentu.
Pada
saat anak masuk Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai keluar dari
lingkungan keluarga dan memasuki dunia baru. Peristiwa ini merupakan perubahan
situasi dari suasana emosional yang aman, ke kehidupan baru yang tidak dialami
anak pada saat mereka berada di lingkungan keluarga. Dalam dunia baru yang
dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri diantara teman sebaya, guru dan
orang dewasa di sekitarnya.
Tidak
setiap anak berhasil melewati tugas perkembangan sosioemosional pada usia dini,
sehingga berbagai kendala dapat saja terjadi. Sebagai pendidik sepatutnyalah
untuk memahami perkembangan sosioemosional anak sebagai bekal dalam memberikan
bimbingan terhadap anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sosial dan
emosinya dengan baik.
Beberapa
jenis emosi yang berkembang pada anak usia dini:
1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang
di anggap membahayakan.
2. Cemas, perasaan takut yang bersifat khayalan tanpa ada
objek.
3. Marah, yaitu perasaan tidak senang baik terhadap orang
lain, diri sendiri, maupun objek tertentu.
4. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang
lain yang dipandang telah merebut kasih sayang orang yang disayanginya.
5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan
yang positif, nyaman karena terpengaruhi keinginannya.
6. Kasih sayang, yaitu perasaan senang memberikan
perhatian dan perlindungan kepada orang lain.
7. Phobia, yaitu rasa takut terhadap objek yang tidak
perlu ditakutunya.
8. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal tentang
objek yang ada disekitarnya.
B. Perkembangan social AUD
Perkembangan
sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan
masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil
belajar, bukan hanya hasil dari kematangan. Perkembangan sosial anak diperoleh
anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap
dirinya.
Pengembangan social-emosional
merupakan suatu proses yang panjang dan kompleks karena Suatu keadaan yang
kompleks serta menyeluruh yang dapat berupa perasaan atau pikiran yang di
tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang dalam jangka
waktu yang lama. Contohnya: Disaat peristiwa banjir dan gempa bumi terjadi,
maka akan timbul perasaan emosi seseorang dan akibat peristiwa tersebut akan
terjadi gerakan reflex atau seseorang akan terkejut dan tubuh akan tegang saat
bertatap muka dengan orang lain, kejadian ini akan menyebabkan ketakutan dan
kecemasan yang lama pada diri individu yang tidak bisa mengembangkan
social-emosionalnya.
Beberapa aspek perkembangan sosial anak usia dini :
·
Tenggang rasa terhadap
orang lain.
·
Bekerja sama dengan
teman.
·
Mudah
bergaul/berinteraksi dengan orang lain.
·
Dapat berkomunikasi
dengan orang yang sudah dikenalnya.
·
Meniru kegiatan orang
dewasa.
·
Mau berbagi dengan
teman.
·
Mau bermain dengan
teman sebaya.
·
Tolong-menolong sesama
teman.
·
Dapat mengikuti aturan
permainan.
·
Dapat mematuhi
peraturan yang ada.
·
Dapat memusatkan
perhatian.
·
Belajar memisahkan diri
dari orang tuanya terutama ibu.
·
Menyayangi nggota
keluarga dan teman-temannya.
·
Merasa puas atas
prestasi yang dicapai.
·
Dapat mengendalikan
emosi.
·
Menghargai(mengapresiasikan)karya
orang lain.
·
Menunjukkan reaksi
emosi yang wajar karena marah, senang, sakit,takut,dan sebagainya.
·
Berani dan mempunyai
rasa ingin tahu yang besar.
·
Dapat menghindari
obat-obat yang berbahaya.
Dapat
menggunakan benda-benda yang berbahaya dengan hati-hati.
C. Tahapan pekembangan sosial
emosional anak usia dini
Masa TK
merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa
kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu:
kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial,
simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri
sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson
(1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis
mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust
(percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon
rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya
diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa
curiga;
Tahap 2 : Autonomy vs Shame
& Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai
kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada
masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan
rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu
banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;
Tahap 3 : Initiative vs Guilt
(berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini
anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat
bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang
tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa
bersalah;
Tahap 4 : industry vs inferiority
(percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak
telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak
mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa percaya
diri, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri
PERKEMBANGAN
SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
A.Perkembangan emosi AUD
Emosi adalah perasaan yang ada dalam diri kita, dapat
berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau buruk. Dalam World
Book Dictionary (1994: 690) emosi didefinisikan sebagai "berbagai
perasaan yang kuat". Perasaan benci, takut, marah, cinta, senang, dan
kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi. Goleman
(1995:411) menyatakan bahwa "emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran
khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan
untuk bertindak".
Syamsuddin (1990:69) mengemukakan bahwa "emosi
merupakan suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan
getaran jiwa (stid up state) yang menyertai atau muncul sebelum atau
sesudah terjadinya suatu perilaku". Berdasarkan definisi di atas kita
dapat memahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa
perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang muncul
menyertai terjadinya suatu perilaku.
Perkembangan
emosi anak behubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada tahap ini
emosi anak usia pra sekolah lebih rinci. Anak cenderung mengekspresikan emosi
dengan bebas dan terbuka.
Bayi setidaknya
memiliki tiga jenis tangisan:
1.
Tangisan dasar
Pola berirama yang biasanya terdiri dari satu
tangisan, diikuti diam sesaat,diteruskan dengan siulan kecil,pendek dengan nada
agak lebih tinggi di bandingkan dengan tangisan utama lalu di akhiri dengan
diam.
2.
Tangisan kemarahan
Variasi dari tangisan dasar dengan lebih banyak udara
dikeluarkan melalui tali suara.
3.
Tangisan kesakitan
Tangisan spontan yang panjang dan tiba-tiba, diikuti
menahan nafas cukup lama,tanpa rintihan atau erangan pendahuluan.
Bayi memiliki 2 jenis senyuman yaitu:
1. Senyuman refleksi
Senyuman yang bukan
merupakan respon terhadap stimuli eksternal dan muncul selama 1 bulan pertama
setelah kelahiran
2. Senyuman social
Suatu senyuman yang
terjadi sebagai respon terhadap stimulus eksternal, biasanya terhadap wajah
yang dilihat bayi,biasanya berlangsung di awal perkembangan.
Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri yang
berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga
berfungsi untuk mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan
kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek
tertentu.
Pada
saat anak masuk Kelompok Bermain atau juga PAUD, mereka mulai keluar dari
lingkungan keluarga dan memasuki dunia baru. Peristiwa ini merupakan perubahan
situasi dari suasana emosional yang aman, ke kehidupan baru yang tidak dialami
anak pada saat mereka berada di lingkungan keluarga. Dalam dunia baru yang
dimasuki anak, ia harus pandai menempatkan diri diantara teman sebaya, guru dan
orang dewasa di sekitarnya.
Tidak
setiap anak berhasil melewati tugas perkembangan sosioemosional pada usia dini,
sehingga berbagai kendala dapat saja terjadi. Sebagai pendidik sepatutnyalah
untuk memahami perkembangan sosioemosional anak sebagai bekal dalam memberikan
bimbingan terhadap anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuan sosial dan
emosinya dengan baik.
Beberapa
jenis emosi yang berkembang pada anak usia dini:
1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang
di anggap membahayakan.
2. Cemas, perasaan takut yang bersifat khayalan tanpa ada
objek.
3. Marah, yaitu perasaan tidak senang baik terhadap orang
lain, diri sendiri, maupun objek tertentu.
4. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang
lain yang dipandang telah merebut kasih sayang orang yang disayanginya.
5. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan
yang positif, nyaman karena terpengaruhi keinginannya.
6. Kasih sayang, yaitu perasaan senang memberikan
perhatian dan perlindungan kepada orang lain.
7. Phobia, yaitu rasa takut terhadap objek yang tidak
perlu ditakutunya.
8. Ingin tahu, yaitu perasaan ingin mengenal tentang
objek yang ada disekitarnya.
B. Perkembangan social AUD
Perkembangan
sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan
masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil
belajar, bukan hanya hasil dari kematangan. Perkembangan sosial anak diperoleh
anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon terhadap
dirinya.
Pengembangan social-emosional
merupakan suatu proses yang panjang dan kompleks karena Suatu keadaan yang
kompleks serta menyeluruh yang dapat berupa perasaan atau pikiran yang di
tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang dalam jangka
waktu yang lama. Contohnya: Disaat peristiwa banjir dan gempa bumi terjadi,
maka akan timbul perasaan emosi seseorang dan akibat peristiwa tersebut akan
terjadi gerakan reflex atau seseorang akan terkejut dan tubuh akan tegang saat
bertatap muka dengan orang lain, kejadian ini akan menyebabkan ketakutan dan
kecemasan yang lama pada diri individu yang tidak bisa mengembangkan
social-emosionalnya.
Beberapa aspek perkembangan sosial anak usia dini :
·
Tenggang rasa terhadap
orang lain.
·
Bekerja sama dengan
teman.
·
Mudah
bergaul/berinteraksi dengan orang lain.
·
Dapat berkomunikasi
dengan orang yang sudah dikenalnya.
·
Meniru kegiatan orang
dewasa.
·
Mau berbagi dengan
teman.
·
Mau bermain dengan
teman sebaya.
·
Tolong-menolong sesama
teman.
·
Dapat mengikuti aturan
permainan.
·
Dapat mematuhi
peraturan yang ada.
·
Dapat memusatkan
perhatian.
·
Belajar memisahkan diri
dari orang tuanya terutama ibu.
·
Menyayangi nggota
keluarga dan teman-temannya.
·
Merasa puas atas
prestasi yang dicapai.
·
Dapat mengendalikan
emosi.
·
Menghargai(mengapresiasikan)karya
orang lain.
·
Menunjukkan reaksi
emosi yang wajar karena marah, senang, sakit,takut,dan sebagainya.
·
Berani dan mempunyai
rasa ingin tahu yang besar.
·
Dapat menghindari
obat-obat yang berbahaya.
Dapat
menggunakan benda-benda yang berbahaya dengan hati-hati.
\
C. Tahapan pekembangan sosial
emosional anak usia dini
Masa TK
merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa
kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu:
kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial,
simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri
sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Erik Erikson
(1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis
mengidentifikasi perkembangan sosial anak:
Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust
(percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon
rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya
diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa
curiga;
Tahap 2 : Autonomy vs Shame
& Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai
kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada
masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan
rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu
banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu;
Tahap 3 : Initiative vs Guilt
(berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.
Pada masa ini
anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat
bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang
tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa
bersalah;
Tahap 4 : industry vs inferiority
(percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak
telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak
mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa percaya
diri, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri
1 komentar:
permisi mbak izin share
Posting Komentar